CATATAN DEMO BURUH BATAM

Kita mafhum belaka bahwa tujuan utama demo buruh adalah kenaikan upah dengan harapan dapat menaikan taraf hidup buruh dan keluarga mereka dalam menjalani kehidupan sehari hari. Akan tetapi malangnya demo buruh sering kali ditunggangi oleh kepentingan politik oleh segelintir orang orang yang mempunyai maksud maksud tersembunyi, dan hingga yang kasat mata. Beberapa perusahaan yang mungkin telah menerapkan upah sesuai dengan peraturan pemerintah, atau bahkan menetapkan upah tinggi diatas UMK tentu berharap agar demo seperti ini tidak perlu. Faktanya di lapangan buruh bertindak lebih jauh melakukan "sweeping". Memang tidak salah menggalang solidaritas dikalangan sesama kaum buruh, namun terkadang akibat dari tindakan tindakan diluar kontrol akan sangat mempengaruhi iklim investasi di negara kita yang tercinta.
Terperangkap diantara demo buruh
Tarik ulur kesepakatan upah di Batam misalnya antara pihak buruh dan Asosiasi pengusaha APINDO terlihat begitu jauh perbedaannya. Pengusaha bersikeras menetapkan upah 2,1 sekian sekian..sementara buruh menuntut 3,3 sekian sekian. Diharapkan pemerintah dapat menjadi penengah dan mengambil keputusan yang bersifat win win.

Dan jika kaji lebih jauh dampak kenaikan upah dari pelajaran yang sudah sudah ada beberapa hal yang dapat kita garis bawahi:

Pertama: Rupiah melemah terhadap mata uang asing, artinya pelemahan daya beli makro membayangi orang orang yang selama ini menerima upah pas pasan. Jika buruh yang berdemo selama ini terlihat banyak yang memiliki ponsel canggih, motor besar maka harga ponsel dan motor tersebut akan naik menurut kenaikan atau penguatan dollar terhadap rupiah.

Kedua: Alih alih gaji sudah akan dinaikan, masih berkutat negoisasi buruh telah dihadapkan oleh kenyataan bahwa harga harga bahan kebutuhan pokok di pasaran telah naik terlebih dahulu. Artinya isteri isteri dirumah sudah mengeluh karena dihadapkan pada dua pilihan: Mengencangkan ikat pinggang, memotong anggaran dan berhemat atau ngutang!

Ketiga: Ketika gaji telah di naikan sudah pasti tidak akan sesuai dengan harapan, tuntutan 3,3 juta mungkin hanya dikabulkan setengahnya. Dan ketika pasar mencium kenaikan tersebut kembali terjadi kenaikan harga harga lagi sampai kelevel mendekati standard upah terbaru tersebut, artinya ketika jangkauan gaji memanjang, harga harga kebutuhan pokok di pasaran malah menjauhi jangkauan para buruh tersebut. Daya beli bukannya bertambah kuat tapi melemah terhadap kenaikan harga harga barang.

Keempat: Kenaikan gaji juga berakibat melemahnya usaha menengah karena kenaikan beaya produksi akibat dari kenaikan upah yang menyebabkan harga bahan produksi juga naik. Ketika itu beberapa pengusaha memilih opsi yang paling pahit, bukan hanya bagi buruh tapi juga bagi pemilik perusahaan, yaitu merampingkan perusahaan, mengurangi karyawan an menaikan hasil produksi.

Kelima: Pasar selalu bereaksi negetive terhadap kenaikan upah, seperti efek domino, harga harga cenderung berlomba lomba naik terutama kebutuhan pokok hidup: Beras naik, gula naik, telur naik, sayur mayur hingga rokok. Namun kebutuhan pokok adalah kebutuhan hidup yang tidak mungkin terelakan untuk tetap di beli, jadi buruh terpaksa menghabiskan sumber dayanya untuk keperluan tersebut. Buruh tidak akan dapat dengan mudah memiliki sebuah rumah yang layak mislanya.

Dan yang ke enam adalah skenario yang terburuk: Investor memindahkan perusahaannya keluar negeri. Ini akan menambah daftar penderitaan kaum buruh. Sudah bukan rahasia lagi kalau di negara negara seperti Cina, vietnam dan Kamboja pemerintahan mereka memberikan dan menawarkan kemudahan kemudahan yang lebih baik daripada kita.


Tentu saja upah harus naik, setiap tahun perusahaan juga akan menaikan upah, banyaknya perusahaan yang kadang kurang meletakan tanggung jawab mereka terhadap kesejahteraan buruh adalah penyebab "kemarahan kemarahan" kaum buruh. Contohnya keberadaan sistem outsourcing, perusahaan perusahaan ini diakui atau tidak lebih banyak merugikan kaum uruh ketimbang menguntungkan. Penyebabnya adalah pemotongan upah yang dilakukan sebagai balas jasa perekrutan, dan peraturan internal outsourcing yang dibuat kadang mengekang dan membuat kaum buruh bekerja dalam kungkungan tertekan secara psikologis dan ekonomi. Demo buruh juga mampu membebaskan para buruh lain dari kungkungan kungkungan seperti ini. Pihak pihak pengusaha dan juga pemerintah akhirnya "terpaksa mendengarkan" tuntutan para buruh. Bayangkan jika buruh cuma diam alias berdiam diri, akankah suara mereka di dengar?

Sent by Sufyan via Samsung Galaxy Note 10.1

Komentar

PALING BANYAK DI BACA

HANYA BUAT TEST SAJA

10 Alasan ini bisa bikin anda kecewa sama iPhone X

CARA MENCARI DUIT DENGAN CARA NGEBLOG