JANJI OH JANJI

Manusia sering tergoda mengumbar janji, gak percaya? Contoh ketika seseorang butuh uang dan mau ngutang janjinya pasti begini: Lusa atau minggu depan pasti kubayar! Atau, bulan depan setelah gajian uang kamu langsung saya bayar duluan. Sekalipun ngutannya ke rentenir janjinya pasti "bayar tepat waktu" sekalipun ngutang ke Bank, janji janji mesti di tuangkan kedalam surat perjanjian, tidak ada orang yang mengeluh saat pertama kali menandatangani surat perjanjian (Termasuk perjanjian kerja), orang baru mengeluh ketika janji di tagih atau sampai jatuh tempo utangnya. Surat perjanjiannya yang salah atau anda yang, mengapa dulu senyun senyum senang menandatanganinya?

Ilustrasi Janji

Sekali lagi. janji ya jangan gak di bayar....sekali lagi: GAAAAAAK! Pasti bayar!

Selain itu ada lagi janji asmara, wah yang satu ini rada rada rumit, seorang cowok berjanji kepada seorang cewek yang dia taksir: "Aku akan setia dan gak akan berpaling kelain hati"
 Sumpah?
 Sumpah!
 Ya udah, kupegang janjimu
 Kamu juga janji dong...


Dua tahun kemudian bakat mata keranjang timbul karena si cowok melihat cewek yang lebih cakep atau si cewek yang kecantol cowok yang lebih cool (keren)

Mana janjimu?

 Tanpa kita sadari naluri mengumbar janji juga masih terbawa ke rumah tangga, ketika anak prempuan kita masuk sekolah SMP, SMA sampai mereka kuliah kita janji belikan mereka hadiah, belikan mereka sepeda, belikan mereka gagdet sekalipun dengan kata kata berkelit seperti ini:

Nanti kalau ayah punya uang ayah belikan
 Janji ya, ayah?

Ya, ayah janji karena bulan depan ayah agaknya dapat uang lebih dari lembur. Apa yang salah dengan janji itu? Memberikan harapan yang tidak pasti! Anak anak juga perlu dididik agar tidak menggangtungkan harapan tanpa usaha, saya mengamati hal ini dalam waktu yang cukup lama dari orang orang disekeliling kita, saya mendapatkan kesimpulan, anak anak yang sering mendapatkan janji dan kemudian sering juga dikecewakan akan kehilangan banyak percaya diri.

Contoh yang paling baik ada pada satu keluarga, ketika anaknya minta belikan sepeda, dia berkata pada anaknya:  Ayah akan mendapatkan sepeda itu kalau kamu mau membantu ayah, dia mengajak si anak berperan dalam mengusahakannya, dia memberikan tugas tugas yang dapat dilakukan oleh si anak, seperti menyuruhnya pergi ke bank menabungkan uang yang di sisihkannya setiap bulan, sekali sekali dia mengajak anaknya ke tempatnya berjualan dan meminta anaknya membantunya di hari libur. Si anak mengerti: Jika mereka menginginkan sesuatu tidak ada hal yang lebih baik daripada mengusahakannya sendiri.

Tentu saja tidak ada seorang ayahpun didunia ini ingin mengecewakan anaknya. Saya melihat dan memperhatikan keluarga Cina yang bekerja seluruhnya hingga ke anak anak mereka yang masih sekolah, menjalankan usaha bengkel keluarga, dari manager, pemegang keuangan hingga pekerja bengkel adalah mereka anak beranak. Jarang terdengar anak minta uang untuk memebeli sesuatu, kalaupun mereka menuntut mau sesuatu tentunya itu adalah dari uang hak mereka sendiri, namun orang tua selalu mengingatkan mereka agar jangan membeli barang barang yang tidak perlu. Pendidikan ini berjalan sejak dini dan alami dalam sebuah keluarga karena ikatan tradisi, tuntutan ekonomi dan kewajiban sebagai orang tua terhadap anak anaknya demi menghantar mereka kepada masa depan yang lebih cerah.























Komentar

PALING BANYAK DI BACA

HANYA BUAT TEST SAJA

10 Alasan ini bisa bikin anda kecewa sama iPhone X

CARA MENCARI DUIT DENGAN CARA NGEBLOG