GOD AFTER THE DARWIN (Bagaimana Tuhan setelah Darwin)

Sejak Darwin mengumumkan teori evolusi, posisi Tuhan sebagai pencipta alam semesta dengan segala isinya menjadi absurd dimata sebagian besar ilmuwan sains. Evolusi menghantam persis jantung teologi atau ketuhanan dengan menyatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta tumbuh dan berkembang secara evolutif dari hal yang sangat sederhana, dengan cara acak dan serba kebetulan. Yang berhak hidup hanyalah mereka yang lolos dalam seleksi alam. Konsep 'penyelenggaraan ilahi', 'ciptaan yang sempurna', 'Tuhan yang maha kuasa dan Maha Baik' menjadi mustahil. Lalu alam semesta tampil sebagai arena persaingan, liar dan tak bertuan. Kehidupan hanya bagi mereka yang kuat. Teori evolusi harus diakui telah merubah wajah kehidupan dan cara pandang sebagian besar kita terhadap bulat lonjongnya dunia dan melempangkan jalan menuju kepada ateisme. Gemuruh suara Nietzsche makin membahana: "Tuhan sudah mati!"

Buku GOD AFTER DARWIN
Jadi jika ingin terus hidup dihati dan pikiran manusia maka Teologi ketuhanan tidak boleh menghindai evolusi, melainkan harus melintasi semua jurang dan ngarai prasangka religius, yang begitu mengganggu terhadap sains dan orang orang yang terlibat bekerja didalamnya.

Halaman 'Penciptaan sebagai pembiaran'
JHon F. Haught mencoba mengakomodasikan konsep konsep dasar evolusi untuk menunjukan keberadaan Tuhan. Dia menggambarkan tuhan dalam 'wajah' yang dapat diterima oleh sains modern. Berbeda dari gambaran tradisional, tetapi klaimnya sama, "Tuhan tidak mati, masih dan sedang berkarya di alam semesta"

Sekali lagi buku ini menarik, dan layak dibaca oleh orang yang tertarik sains dan pengetahuan modern.

Komentar

PALING BANYAK DI BACA

HANYA BUAT TEST SAJA

10 Alasan ini bisa bikin anda kecewa sama iPhone X

CARA MENCARI DUIT DENGAN CARA NGEBLOG