SELANGKAH LAGI DIMASA DEPAN, PERLUKAH MANUSIA MENCETAK BUKU DENGAN KERTAS?

Judul diatas sebenarnya karena saya bingung memilih judul buat tulisan kali ini, terasa provokatif tapi karena prosesnya sedang terjadi dan dimulai oleh generasi kita, saya nekat menulisnya. Belum berapa lama kita agaknya tidak terkejut ketika membaca bahwa beberapa media massa dunia berjatuhan bangkrut, setelah di lakukan investigasi, ternyata terdapat fakta...Los Angeles Times contohnya. (saya sempat mengernyitkan dahi membaca tulisan yang mengatakan koran raksasa tersebut bangkrut karena terlalu bebas mengekspos gambar "panas", lalu kenapa majalah playboy semakin laku?)
Ebook di tablet Samsung

Setelah di cari penyebabnya, dan setelah para pengamat mengeluarkan berbagai pendapat, diketahui, teknologi internet adalah penyebab utamanya. Betapa tidak? Generasi tua yang gemar membaca koran cetak dari kertas mulai tiada, sementara generasi muda lebih memilih membaca memalui Online internet, hal ini berdampak pada penurunan oplah cetak dan kerugian penjualan karena pembeli koran di kalangan generasi muda semakin sedikit. Saya sempat merasa aneh ketika mengamati anak anak muda yang hanya melihat koran sekilas tanpa membeli, saya mendekati salah seorang mereka. Apa jawabannya?
"Kami akan ke taman Wi fi, dan membacanya di Notebook" Saya hampir percaya kita akan berfikiran yang sama. LA times akhirnya memilih mengikuti arus zaman untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Pabrik cetak konvensional lalu ditutup, mesin mesin cetak jadi scrap alias besi tua. Sama seperti era mesin tik manual mulai hilang digantikan oleh komputer dekstop, yang sebentar lagi juga akan digantikan oleh sabak sabak digital yang lebih praktis.

Dahulu kita masih membaca komik, hari lain trend berubah ketika generasi yang lahir di era 80-an mulai lebih banyak menonton video dan filem kartun, Era komik konvensional jadi megap megap, untunglah akhirnya muncul orang orang kreatif yang mengelolanya lewat media digital. Hari ini saya mulai berhenti membeli buku yang dicetak diatas kertas karena saya memiliki sebuah tablet yang dapat mempunyai ruang 32 gigabyte. Saya dapat mengunduh buku ebook apa saja dengan mudah kedalam tablet dan membacanya bila masa ada waktu luang. Misalnya, jika harus mencari buku cetak konvensional "Origin of Man" Charles Darwin tentu sulit dan mahal, mana membutuhkan lemari buku lagi, nah kebetulan Sistem android menggratiskan banyak buku buku klasik, saya beruntung karena sejak kecil bermimpi membaca buku buku tebal ini. Kini impian saya terlaksana dengan mudah. Saya memiliki ribuan buku, dari kategori ilmiah, agama agama, fiksi, novel dll. Semuanya dalam bahasa Inggris.

Kita tahu mempunyai buku di rak Digital sangatlah mudah, tidak butuh maintenace, buku akan tersusun rapi secara otomatik, buku juga tidak akan pernah hilang jadi property pribadi kita karena sistem back up telah bekerja secara otomatis di cloud computing milik penyelenggaranya asalkan account kita terdaftar dan selalu tersinkronisasi. Saya dua kali mengganti tablet. ketika tablet lama di format karena di jual, saya mengeset tablet baru dengan account lama saya hanya butuh waktu satu jam seluruh software berikut perpustakaan saya "pindah otomatis" ke tablet baru saya. Bukan saya yang melakukannya, tapi sistem yang tersinkronisasi oleh account lama saya yang melakukannya.

Itulah sebabnya saya percaya Tablet yang semakin tahun semakin tipis karena penemuan baru yang terus improve, akan menggantikan buku konvesional, bahkan telah ada tablet berkemampuan komputer dekstop tapi hanya setipis kertas! Bayangkan dimasa depan, masih perlukah manusia mencetak buku?

Komentar

PALING BANYAK DI BACA

HANYA BUAT TEST SAJA

10 Alasan ini bisa bikin anda kecewa sama iPhone X

CARA MENCARI DUIT DENGAN CARA NGEBLOG